Live in Diversity

16 Nov 2025 — St. Jesri HT Purba & AI
Remaja

Nats: Rut 1:1–4 dan Rut 4:14–17


Pendahuluan:

Ice Breaker: Bayangkan kamu pindah ke sekolah baru di kota lain. Semua orang punya gaya berbeda, bahasa gaul berbeda, bahkan makanan favoritnya pun aneh bagimu. Pernahkah kamu merasa “asing” tapi tetap ingin diterima?

Pertanyaan retoris: Bagaimana kita bisa tetap hidup dalam damai di tengah perbedaan itu?


Latar Belakang Teks:

Kitab Rut terjadi pada zaman para hakim — masa ketika “setiap orang berbuat sesuai pandangannya sendiri” (Hakim-hakim 21:25). Dalam kekacauan moral itu, muncul kisah kecil dari Moab dan Betlehem yang menunjukkan kasih, kesetiaan, dan perdamaian dalam keberagaman.

Rut adalah perempuan Moab, bangsa yang sering bermusuhan dengan Israel. Namun, lewat kasih dan kesetiaannya kepada Naomi, ia menjadi nenek moyang Daud dan Yesus Kristus.


Poin 1: Kasih yang Menerobos Perbedaan (Rut 1:16–17)

Rut berkata, “Bangsamulah bangsaku, Allahmulah Allahku.” Dalam bahasa Ibrani, kata “chesed” berarti kasih setia yang aktif—kasih yang bertahan bahkan di tengah perbedaan budaya dan iman.

Pesan teologis: Dalam keberagaman, kasih sejati bukan hanya menerima, tapi juga mengambil langkah mendekat pada orang lain yang berbeda.

Ayat Paralel: Yohanes 13:34 – “Kasihilah seorang akan yang lain, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Transisi: Kasih membuka pintu persahabatan, tapi perdamaian menjaganya tetap terbuka.


Poin 2: Perdamaian Melalui Kerendahan Hati (Rut 2:10–12)

Rut tidak menuntut haknya sebagai menantu, tetapi merendahkan diri dan bekerja di ladang Boas. Dalam bahasa Ibrani, kata “shalam” (akar dari “shalom”) berarti kedamaian yang utuh — relasi yang dipulihkan dan selaras.

Pesan teologis: Hidup berdamai dimulai dari hati yang rendah dan mau mengalah demi hubungan yang baik.

Ayat Paralel: Roma 12:18 – “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.”

Aplikasi Remaja: Saat ada teman sekolah yang berbeda keyakinan, hobi, atau cara berpikir, jangan cepat menilai. Mulailah dari mendengar dan menghargai.

Aktivitas: Buat kelompok kecil dan mainkan game “Bridge of Peace” – tiap kelompok harus membuat jembatan dari kertas untuk menyatukan dua sisi berbeda tanpa bicara. Refleksi: bagaimana rasanya membangun “jembatan” dalam diam?


Poin 3: Tuhan Menghadirkan Damai Lewat Kesetiaan (Rut 4:14–17)

Tuhan memakai Rut yang “asing” menjadi berkat bagi Israel. Dari rahimnya lahir Obed, kakek Daud, leluhur Yesus — Sang Raja Damai.

Pesan teologis: Dalam rencana Allah, setiap orang — meski berbeda latar — bisa menjadi bagian dari karya perdamaian-Nya.

Ayat Paralel: Efesus 2:14 – “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak.”

Aplikasi Remaja: Jangan takut jadi “berbeda” di sekolah. Jadilah pembawa damai di grup kelas, di media sosial, dan di rumah.


Ilustrasi Rohani:

Dua sahabat berbeda agama bertengkar karena salah paham di media sosial. Setelah seminggu tak bicara, salah satu menulis pesan singkat: “Aku rindu kita ngobrol lagi.” Pesan sederhana itu membuka jalan damai dan persahabatan mereka makin kuat. Sama seperti Rut dan Naomi — kasih yang memilih berdamai mengalahkan perbedaan.


Penutup:

Seruan: Mari kita jadi generasi muda yang hidup di tengah keberagaman, tapi membawa damai, bukan perpecahan.

Pertanyaan respons: Siapa yang bisa kamu datangi minggu ini untuk berdamai? Di mana kamu bisa jadi pembawa damai?

Doa: “Tuhan, jadikan aku pembawa damai di tengah keberagaman dunia ini. Ajarku melihat setiap orang seperti Engkau melihat mereka.”

Tinggalkan Jejak
Belum ada rating.