Memelihara Diri dalam Kasih Allah

09 Nov 2025 — St. Jesri HT Purba & AI
Khotbah

Nats: Yudas 1:17-23


Latar Belakang Kitab Yudas

Surat Yudas sangat singkat, hanya satu pasal, tetapi nadanya menyala. Penulisnya adalah Yudas, saudara Yakobus — berarti kemungkinan besar saudara tiri Yesus. Surat ini ditulis kepada jemaat yang sedang diguncang oleh guru-guru sesat yang menyusup “tanpa disadari” (Yud 1:4), yang memutarbalikkan kasih karunia jadi alasan buat hidup sembarangan.

Ayat 17-23 adalah bagian penutup pastoral. Setelah keras menegur dosa, Yudas tidak menyisakan jemaat dalam ketakutan. Ia mengajar bagaimana bertahan. Bukan dengan paranoia, tapi dengan memelihara diri dalam kasih Allah.

Kata “peliharalah dirimu dalam kasih Allah” (Yud 1:21) dipakai dalam bentuk perintah terus-menerus: τηρήσατε ἑαυτούς ἐν τῇ ἀγάπῃ τοῦ θεοῦ (tērēsate heautous en tē agapē tou theou). Artinya: jagalah terus, jangan lepas, jangan tidur. Ini bukan pasif. Ini disiplin rohani sehari-hari.

Pembukaan Khotbah

Saudara-saudara, listrik kalau dicolok tapi colokannya longgar, lampu masih nyala sebentar… lalu redup… lalu padam. Pertanyaan jujur: rohani kita itu nyala stabil, redup, atau sebenarnya sudah padam tapi cuma casing-nya masih kelihatan rohani?

Siapa di sini yang pernah hadir di gereja secara fisik, tapi hati rasanya sudah absen lama?

Yudas mengerti rasa itu. Dunia makin melelahkan. Iman diuji. Tapi Yudas berkata: Jangan biarkan jiwamu lepas dari soket kasih Allah.

Tema khotbah kita hari ini: “Memelihara Diri dalam Kasih Allah.” Kita akan belajar tiga hal praktis:

  1. Mengingat Firman (ayat 17-19)
  2. Membangun Kehidupan Rohani (ayat 20-21)
  3. Mengulurkan Kasih kepada Sesama (ayat 22-23)

Mari kita masuk poin pertama. Bagaimana memelihara diri dalam kasih Allah dimulai? Dengan ingatan yang benar.

1. Ingatlah Firman, Jangan Kaget dengan Kegelapan (Yudas 1:17-19)

“Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, ingatlah (Yunani: μνήσθητε / mnēsthēte, artinya: terus panggil kembali ke pikiranmu) akan apa yang dahulu telah dikatakan oleh rasul-rasul Tuhan kita Yesus Kristus.” (ayat 17)

Yudas bilang: Jangan hidup reaktif. Kita sering kaget: “Kok dunia makin jahat?” “Kok orang rohani jatuh?” “Kok gereja bisa retak?” Rasul-rasul sudah bilang itu akan terjadi. Ayat 18: “Akan tampil pengejek-pengejek… yang hidup menuruti hawa nafsunya yang fasik.”

Ayat 19 menyebut mereka “pembuat perpecahan”, “duniawi”, “tidak mempunyai Roh.” Kata “ψυχικοί / psychikoi” (duniawi) artinya: digerakkan hanya oleh naluri manusia, bukan oleh Roh Kudus. Mereka kelihatan pintar, bahkan rohani, tapi sebenarnya daging yang pegang setir.

Aplikasi Praktis:

  • PNS / ASN: Jangan kaget ketika melihat intrik politik kantor. Yudas bilang itu normal di dunia berdosa. Tugasmu bukan ikut arus gelap, tapi tetap jujur sebagai terang.
  • Karyawan / Profesional: Ketika ada atasan manipulatif, jangan langsung krisis iman. Firman sudah memperingatkan: manusia tanpa Roh akan hidup menuruti nafsu sendiri, bukan nilai Kerajaan.
  • Pedagang / Pengusaha: Jangan rasa “kalau saya nggak curang, saya mati”. Dunia memang dipenuhi orang yang nuruti hawa nafsu, tapi justru karena itu, kesetiaanmu jadi kesaksian.
  • Pemuda: Jangan pikir iman itu basi hanya karena ada yang ngejek ketaatanmu. Alkitab sudah prediksi akan ada “pengejek-pengejek”. Kalau kamu diejek karena hidup kudus, itu bukan tanda kamu salah; itu tanda Alkitab benar.
  • Orang tua: Jangan panik lihat generasi sekarang. Panik bukan jawaban. Penggembalaan rohani dimulai dari rumah, dengan mengingatkan Firman, bukan cuma mengomel soal moral.

Ilustrasi:

Waktu pilot terbang dan badai datang, dia tidak buang pesawatnya. Dia buka instrumen. Firman adalah instrumen kita. Kalau kita buang Firman, kita terbang cuma pakai perasaan — dan perasaan mudah ditipu awan.

Jadi poin pertama: jangan hilang ingatan rohani. Imanmu goyah bukan karena badai, tapi karena kamu lupa manual terbangnya. Nah, setelah kita ingat Firman, apa langkah konkretnya? Masuk poin kedua.

Ayat Paralel

  • 2 Petrus 3:3 – Akan datang pengejek-pengejek yang hidup menuruti hawa nafsu mereka sendiri.
  • 1 Timotius 4:1 – Roh menubuatkan bahwa di waktu kemudian, ada orang yang murtad dan mengikuti roh penyesat.
  • Yohanes 16:33 – Yesus sudah bilang: di dunia kamu akan menderita penganiayaan, tapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.

2. Bangunlah Dirimu di Atas Iman, Tinggallah dalam Kasih (Yudas 1:20-21)

Ayat 20: “Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci…”

Kata “bangunlah” di sini dari kata Yunani ἐποικοδομοῦντες / epoikodomountes: gambarnya seperti menambah lantai demi lantai pada sebuah rumah. Ini proses bertumbuh, bukan sekali jadi.

Lalu: “…dan berdoalah dalam Roh Kudus.” Doa di sini bukan sekadar rutinitas hafalan, tapi doa yang disejajarkan dengan kehendak Roh, bukan sekadar keinginan diri.

Ayat 21 adalah pusat khotbah kita: “Peliharalah dirimu dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita Yesus Kristus untuk hidup yang kekal.”

“Peliharalah” = τηρέω / tēreō, artinya menjaga dengan hati-hati, seperti menjaga sesuatu yang sangat berharga agar tidak dicuri. Jadi ini bukan cuma “Tuhan, kasih-Mu cukup ya”. Ini: “Aku akan sengaja tinggal di dalam kasih-Mu, bukan di luar pagar-Mu.”

Aplikasi Praktis:

  • Rohani itu tidak otomatis. Iman tidak tumbuh hanya karena kita bergaul dengan orang Kristen, sama seperti badan tidak jadi sehat hanya karena nongkrong di apotek.
  • Bangun diri: ikut pemuridan, PA kecil, komunitas doa. Bukan sekadar hadir ibadah Minggu. Rumah rohani tidak bisa hanya pakai “atap Minggu”; dia butuh “tembok Senin-Sabtu”.
  • Doa dalam Roh Kudus: Sebelum ambil keputusan penting di kantor / bisnis, berhentilah 1 menit dan berdoa: “Roh Kudus, aku mau memilih yang menyenangkan hati-Mu, bukan hawa nafsuku.”
  • Hidup dalam kasih Allah: Kasih Allah bukan perasaan manis, tapi zona aman. Kalau saya tahu saya dikasihi, saya tidak perlu lagi jual integritas hanya supaya disukai orang.
  • Menanti rahmat Kristus: Warga Surga selalu ingat bahwa yang terakhir bukan rapat direksi, bukan tender proyek, bukan ujian nasional — melainkan kedatangan Kristus. Harapan terakhir kita bukan gaji naik, tapi Kristus datang.

Ilustrasi:

Di beberapa gedung besar ada maintenance team yang keliling terus, ngecek listrik, air, ventilasi. Kenapa? Karena gedung tidak rawat diri sendiri. Jiwa Saudara juga begitu. Pertanyaan hari ini bukan “kamu sudah pelayanan berapa lama?” tapi “kamu rawat jiwamu atau dibiarkan bocor?”

Jadi: Poin kedua bicara formasi pribadi. Tapi Injil tidak berhenti di “aku dan Tuhan”. Kasih Allah yang memelihara kita akan selalu meluber keluar. Itu masuk ke poin ketiga.

Ayat Paralel

  • Kisah Para Rasul 20:32 – Firman Tuhan mampu membangun kamu dan menganugerahkan bagianmu. Firman itu bukan cuma informasi tapi pondasi.
  • Efesus 6:18 – Berdoalah setiap waktu di dalam Roh. Doa yang dituntun Roh menjaga kewaspadaan rohani.
  • Yohanes 15:9-10 – Tinggallah di dalam kasih-Ku, kata Yesus, dengan menuruti perintah-perintah-Ku. Kasih dan ketaatan bukan musuh; mereka saudara.

3. Jadilah Penjaga Jiwa Sesama (Yudas 1:22-23)

Ayat 22-23 bicara tiga kelompok orang yang harus kita layani:

  1. Mereka yang ragu-ragu.
    “Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu.” Kata belas kasihan: ἐλεᾶτε / eleate → punya nada iba aktif, bukan cuma “kasihan ya”, tapi turun tangan.
  2. Mereka yang sudah di ujung jurang.
    “Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api.” Ini bahasa evakuasi darurat. Jangan tunggu ‘nanti’. Kalau saudaramu hampir hancur, telepon dia. Datangi dia. Peluk dia.
  3. Mereka yang sudah jatuh dalam dosa najis.
    “Tunjukkan belas kasihan dengan takut, sambil membenci pakaian yang dicemarkan oleh keinginan daging.” Ini indah: Kasih orangnya, tapi jangan kompromi dosanya. Kata “pakaian” di sini menunjuk sesuatu yang sudah ternoda secara moral, dan “membenci” = μισοῦντες / misountes, artinya benci dengan jijik. Jadi gereja harus punya hati yang lembut, tapi batas yang tegas.

Aplikasi Praktis Jemaat:

  • Buat jemaat yang pelayanannya aktif: pelayanan bukan cuma mic, bukan cuma pujian, tapi berjalan bersama orang yang hampir menyerah.
  • Buat pemuda: kalau ada teman yang imannya goyah, jangan langsung nge-judge: “Kurang doa sih.” Duduk dulu sama dia. Dengarkan air matanya.
  • Buat orang tua: ada anak yang mulai jauh dari Tuhan? Kejar dengan air mata, bukan hanya dengan bentakan.
  • Buat pengusaha / karyawan: ada rekan kerja yang hidupnya di ambang gelap? Jadilah saksi bukan hanya dengan traktir makan, tapi tawarkan doa dan telinga yang tulus.
  • Untuk semua: Gereja bukan showroom mobil baru yang semuanya mengkilap. Gereja itu bengkel darurat. Yang masuk itu orang ringsek. Jangan heran lihat ada yang ringsek.

Ilustrasi:

Pemadam kebakaran tidak lari dari api, tapi juga tidak main-main dengan api. Mereka pakai perlindungan, mereka bergerak cepat, dan tujuan mereka jelas: selamatkan orang di dalam. Itulah gambaran ayat 23. Gereja dipanggil bukan jadi penonton kebakaran dosa, tapi tim penyelamat dengan hati yang masih takut akan Tuhan.

Ini berarti: memelihara diri dalam kasih Allah bukan sikap egois “asal aku selamat”. Justru orang yang tinggal dalam kasih Allah akan jadi alat kasih Allah.

Ayat Paralel

  • Galatia 6:1-2 – Pulihkan saudara yang jatuh dengan roh lemah lembut, dan pikul beban satu sama lain.
  • Yakobus 5:19-20 – Barangsiapa membuat orang berdosa berbalik, ia menyelamatkan jiwa dari maut.
  • Yohanes 13:34-35 – Dunia akan tahu kita murid Kristus dari kasih kita.

Penutup: Panggilan Respons

Gereja yang dikasihi Tuhan, malam ini bukan sekadar ajaran. Ini panggilan perjanjian.

Siapa di sini yang mau berkata di hadapan Tuhan: “Tuhan, aku tidak mau jadi jemaat penonton lagi. Aku mau memelihara hidupku dalam kasih-Mu. Aku mau kembali bangun imanku. Aku mau pakai hidupku menolong jiwa lain keluar dari api.”

Mari kita respon bukan hanya dengan bibir, tapi dengan hidup. Karena kasih Allah bukan teori; kasih Allah itu rumah tempat kita pulang, pelukan yang tidak lepas, dan janji yang tidak pernah gagal.

Pergi ke laut mencari batu, Batu dipungut simpan di dada. Jangan biarkan kasihmu beku, Peliharalah jiwa dalam kasih-Nya.

Ringkasan Alur Khotbah

  1. Poin 1 – Ingat Firman. Dunia gelap itu bukan kejutan; Firman sudah berkata. Karena itu, jangan panik, tapi pegang kebenaran.
  2. Poin 2 – Bangun Iman & Tinggal dalam Kasih. Rawat jiwa: bangun diri, doa dalam Roh, tinggal dalam kasih Allah sebagai posisi hidup.
  3. Poin 3 – Jadilah Penjaga Sesama. Kasih Allah dalam diri kita harus jadi belas kasihan aktif untuk menolong orang lain kembali kepada Tuhan.

“Peliharalah dirimu dalam kasih Allah…” (Yudas 1:21)

Tinggalkan Jejak
Belum ada rating.