Nats: Matius 5:9
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Pertanyaan kepada anak-anak:
“Kalau di rumah ada yang rebutan remote TV, apa yang terjadi?”
“Kamu biasanya jadi: minyak pemadam atau bensin api?” 😅
Minyak pemadam = menenangkan.
Bensin api = bikin tambah ribut.
Transisi: “Yesus bilang: orang yang membawa damai itu disebut anak-anak Allah. Jadi kamu anak siapa? Anak Tuhan, atau anak keributan?”
- Yesus senang dengan anak yang tidak suka berkelahi.
- Kalau teman rebut mainan, Yesus mau kita berbagi, bukan dorong.
- Anak yang suka damai disebut “anak Tuhan”.
Ayat Kunci (Matius 5:9):
“Berbahagialah orang yang membawa damai.”
Aplikasi Praktis (untuk anak & orang tua/pengasuh):
- Ajarkan anak berkata: “Kita gantian, ya.”
- Saat anak marah, bantu dia berdoa pendek:
“Tuhan Yesus, tolong aku supaya sayang.”
- Orang tua memberi pelukan sebagai tanda damai, bukan hanya bilang “diam”.
Aktivitas:
1. Peluk Damai: Guru bilang “damai”, anak peluk orang di sampingnya.
2. Warna Dua Wajah: Gambar wajah marah 😡 (warna merah) dan wajah damai 😊 (warna hijau). Guru tanya: “Wajah mana wajah anak Tuhan?”
Transisi: “Kalau kamu pilih damai, Yesus bilang kamu anak Tuhan.”
- Yesus tidak hanya mau kita tidak berkelahi, tapi juga mau kita menyambungkan kembali yang pecah.
- “Membawa damai” artinya: jadi penengah, bukan jadi penyulut.
- Tuhan memanggil kita jadi utusan perdamaian di rumah, sekolah, dan gereja.
Ayat Kunci (Matius 5:9):
“... karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Artinya: Orang lain bisa lihat dan berkata, “Itu anak Tuhan. Dia bawa damai.”
Aplikasi Praktis untuk anak:
- Saat dua teman bertengkar, jangan ikut nge-bully salah satu. Katakan:
“Hei, kita tenang dulu. Kita bisa ngomong baik-baik.”
- Saat kamu sakit hati, jangan langsung balas. Hitung pelan “1…2…3… doa.”
- Minta maaf lebih dulu bukan berarti kalah. Itu berarti kamu seperti Yesus.
Aktivitas:
1. Role Play / Drama Mini: Skenario rebut pensil. Buat dua versi: tanpa damai (teriak, rebut) dan dengan damai (bicara baik, gantian).
2. Surat Anak Damai: Anak menulis di kertas kecil:
“Dengan pertolongan Tuhan Yesus, aku mau membawa damai di ________ (tulis: rumah/sekolah).”
Transisi: “Kalau kamu jadi pembawa damai, kamu sedang menunjukkan ‘Inilah anak Tuhan yang asli.’”
- Yesus berkata: pembawa damai disebut “anak-anak Allah”. 
- Itu bukan sekadar perilaku baik, itu identitas rohani.
- Dunia penuh konflik, saling hina, saling balas. Tetapi anak Tuhan berbeda. Kita hadir bukan untuk membakar, tapi memadamkan.
Penekanan Kata Asli:
- eirēnopoios = pembuat perdamaian aktif, “peace-builder”, “bridge-builder” (pembuat jembatan).
- Ini berarti: kita tidak diam saja, tapi datang ke masalah untuk membawa pemulihan.
Ayat Paralel (Pendukung):
Roma 12:18 – “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.”
→ Damai itu keputusan kita, bukan tunggu orang lain berubah.
Efesus 4:3 – “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.”
→ Persatuan jemaat dijaga lewat damai, bukan ego.
Aplikasi Praktis untuk remaja:
- Jangan jadi provokator di grup chat / medsos. Jangan sebar gosip, jangan bakar emosi orang lain.
- Belajar berkata jujur tanpa merendahkan:
“Aku terluka dengan kata-katamu, tapi aku tidak mau bermusuhan. Aku mau damai.”
- Doakan orang yang menyakitimu. Itu doa orang yang dewasa rohani.
Aktivitas:
1. Refleksi Pribadi: Tuliskan satu nama orang yang sedang kamu jauhi / kamu kesel. Lalu doakan: “Tuhan Yesus, lembutkan hatiku. Tolong aku jadi pembawa damai dengan dia.”
2. Bangun Jembatan: Dalam kelompok kecil gunakan stik es krim / sedotan untuk membuat “jembatan damai”. Setelah selesai, tiap kelompok mendeklarasikan:
“Kami memilih jadi pembangun jembatan, bukan pembangun tembok.”
Transisi: “Kalau kita hidup membawa damai, dunia tahu kita ini bukan anak dunia — kita anak Allah.”
Dua saudara terus bertengkar. Mereka tidak saling bicara. Suatu hari mama sakit dan butuh bantuan. Kedua saudara itu akhirnya kerja sama memasak, membersihkan rumah, dan menjaga mama.
Waktu mereka kerja sama, hati mereka mulai lembut lagi. Mereka sadar: damai lebih penting daripada menang sendiri.
Pelajaran: Orang yang membawa damai menyembuhkan hati orang lain.
Seruan:
“Anak Tuhan harus berbeda. Dunia boleh suka ribut, tapi kita dipanggil jadi pembawa damai.”
Yesus tidak hanya mengajarkan damai — Yesus mati di salib untuk mendamaikan kita dengan Allah.
Kalau Yesus sudah buat damai untuk kita, masa kita tidak mau membawa damai kepada orang lain?
Doa Penutup:
“Tuhan Yesus, bentuk kami menjadi anak-anak yang membawa damai. Tolong kami belajar minta maaf, mengampuni, dan menjadi penghubung, bukan pemecah. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.”