Thumbnail

Resiko Tidak Berdamai

02 Nov 2025 — St. Jesri HT Purba & AI
S. Minggu

Nats: Kejadian 4:6-8


“Firman TUHAN kepada Kain: Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya. Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.”

Latar Belakang Teks

  • Konteks: Kain dan Habel membawa korban kepada Tuhan. Korban Habel diterima, korban Kain tidak. Kain menjadi marah dan iri.
  • Masalah utama: Kain tidak mau berdamai dengan Tuhan dan saudaranya. Ia memilih menyimpan amarah.
  • Makna kata penting:
    - “Wajah muram” (Ibrani: nafal panim) = wajah yang jatuh, hati yang pahit.
    - “Dosa mengintip” (Ibrani: rabas) = seperti binatang buas yang siap menerkam.
    - “Berkuasa atasnya” (Ibrani: mashal) = menguasai, memerintah, mengendalikan.
    Pesan: Tuhan memberi Kain kesempatan untuk menguasai amarahnya. Tetapi Kain menolak suara Tuhan.
  • Pesan teologis: Saat kita tidak mau berdamai, hati kita terbuka bagi dosa. Dosa masuk, lalu merusak hubungan dengan orang lain dan dengan Tuhan.

Pembukaan Khotbah (Ice Breaker)

Pertanyaan kepada anak-anak:
“Siapa pernah marah karena teman tidak mau berbagi?”
“Kamu pilih wajah yang mana Tuhan suka lihat?” 😡 atau 😊 ?

Transisi: “Hari ini kita belajar apa yang terjadi kepada Kain ketika ia tidak mau berdamai.”

I. Untuk Anak Balita (1–5 tahun)

Judul: Tuhan Suka Anak yang Mau Berdamai

- Kain marah kepada adiknya. Itu membuat Tuhan sedih.
- Tuhan mau kita saling sayang dan cepat minta maaf.
- Kalau kita berdamai, hati kita jadi tenang.

Ayat Kunci:
“Berbahagialah orang yang membawa damai.” (Matius 5:9)

Aplikasi Praktis (untuk anak & orang tua/pengasuh):
- Kalau teman rebut mainan, jangan dorong. Katakan: “Ayo main sama-sama.”
- Kalau adik jatuhkan mainanmu, katakan: “Aku maafkan.” lalu peluk.

Aktivitas:
1. Peluk Damai: Guru berkata “damai”, anak memeluk temannya / pengasuh.
2. Warna Hati: Anak warnai dua hati: merah = marah, putih = damai. Guru tanya: “Hati mana yang Tuhan suka?”

Transisi: “Anak yang berdamai membuat Tuhan tersenyum.”

II. Untuk Anak Kecil (6–10 tahun)

Judul: Kalau Tidak Mau Berdamai, Dosa Masuk ke Hati

- Kain iri karena merasa Tuhan lebih sayang Habel.
- Tuhan memberi peringatan keras kepada Kain.
- Kain menolak berdamai, lalu melakukan kejahatan.

Ayat Kunci:
“Jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu.” (Kejadian 4:7)

Penjelasan kata:
“Dosa mengintip” = dosa menunggu di depan pintu hati kita seperti harimau lapar, siap lompat. 
Artinya: kalau kita tidak mau berdamai, hati kita jadi tempat dosa bekerja.

Aplikasi Praktis untuk anak:
- Saat mulai marah, berhenti bicara sebentar, tarik napas, dan doa singkat:
“Tuhan Yesus, tolong hati saya supaya tenang.”
- Belajar berkata lebih dulu: “Aku minta maaf ya, aku mau damai.”
- Ingat: berdamai itu bukan kalah, berdamai itu menang melawan dosa.

Aktivitas:
1. Drama Mini: Perankan dua versi cerita Kain dan Habel: versi damai (Kain minta maaf) dan versi tidak damai (Kain marah).
2. Surat Damai: Anak menulis di kertas kecil: “Tuhan, aku mau berdamai dengan __________.”

Transisi: “Kalau kita cepat berdamai, kita menutup pintu hati dari dosa.”

III. Untuk Anak Besar (11–15 tahun)

Judul: Dosa Menunggu di Pintu Hati

- Kain merasa tidak adil, lalu iri, lalu benci, lalu melakukan kekerasan.
- Prosesnya selalu sama: tidak mau berdamai → simpan marah → dosa menguasai.
- Tuhan berkata kepada Kain: “Engkau harus berkuasa atasnya.” Artinya: kendalikan amarahmu sebelum amarah mengendalikanmu.

Ayat Kunci:
“... tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kejadian 4:7)
“Janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu.” (Efesus 4:26)
 

Ayat Paralel (Pendukung):
Matius 5:9 – “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
→ Identitas orang percaya adalah pembawa damai.

Roma 12:18 – “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.”
→ Damai adalah pilihan pribadi, bukan tunggu orang lain berubah.

Aplikasi Praktis untuk remaja:
- Jangan biarkan amarah tinggal di hati semalaman.
- Belajar bicara jujur tanpa menyakiti: “Aku tersinggung tadi, tapi aku tidak mau bertengkar. Aku mau damai.”
- Jadilah “pembuat jembatan”, bukan “pembuat tembok”.

Aktivitas:
1. Refleksi Pribadi: Tulis nama orang yang paling sulit kamu maafkan. Doakan dia.
2. Bangun Jembatan: Dalam kelompok kecil, bangun jembatan dari stik es krim/sedotan. Jelaskan: “Ini lambang bahwa aku mau mendekat lagi, bukan menjauh.”

Transisi: “Kain memilih amarah dan berakhir dengan penyesalan. Kita memilih damai dan hidup di dalam berkat Tuhan.”

Ilustrasi Rohani

Ada dua sahabat yang bertengkar, lalu mereka membuat tembok batu di antara rumah mereka. Suatu hari banjir besar datang dan merusak tembok itu. Salah satu hampir hanyut. Sahabatnya berlari menolong. Setelah itu mereka sadar: lebih baik membangun jembatan, bukan tembok.
Pesan: Tuhan mau kita memulihkan hubungan, bukan memutus hubungan.

Penutup Khotbah

Seruan:
“Anak-anak Tuhan bukan pembawa masalah, tetapi pembawa damai. Jangan biarkan amarah memimpin hati, biarkan kasih Tuhan yang memimpin.”

Doa Penutup:
“Tuhan Yesus, ajar kami supaya hati kami tidak dikuasai amarah. Tolong kami untuk mengampuni, memilih damai, dan membawa sukacita. Dalam nama Yesus kami berdoa, amin.”

Tinggalkan Jejak
Belum ada rating.