Tuhan Mengasihi Segala Bangsa

16 Nov 2025 — St. Jesri HT Purba & AI
Khotbah

Nats: Maleakhi 1:1–6


Pendahuluan (Ice Breaker)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, pernahkah kita merasa bahwa kasih Allah hanya tertuju kepada kelompok tertentu? Seperti anak yang merasa ayahnya lebih menyayangi saudaranya, begitu pula bangsa Israel dahulu sering bertanya: “Apakah Tuhan sungguh mengasihi kami?” Pertanyaan ini menjadi pergumulan yang dalam — dan justru dijawab oleh Tuhan sendiri melalui nabi Maleakhi.

Hari ini kita belajar bahwa kasih Tuhan tidak terbatas oleh suku, warna kulit, atau bangsa. Kasih-Nya bersifat universal — bagi Israel dan bagi semua bangsa, termasuk kita yang hidup di zaman modern ini.


Latar Belakang Teks

Kitab Maleakhi ditulis sekitar tahun 450 SM, setelah pembuangan di Babel. Umat Israel telah kembali ke tanah mereka, tetapi iman mereka mulai suam-suam kuku. Mereka mempertanyakan kasih Tuhan karena keadaan mereka tidak semegah dulu. Lewat Maleakhi, Tuhan menegaskan kasih-Nya yang kekal — bukan hanya kepada Israel, tetapi juga kepada semua bangsa.


Poin 1: Kasih Tuhan Adalah Kasih yang Memilih (ayat 2–3)

Tuhan berfirman, “Aku telah mengasihi kamu,” tetapi Israel menjawab, “Dengan cara bagaimana Engkau mengasihi kami?” Tuhan menjawab dengan menyebut Yakub dan Esau. Dalam bahasa Ibrani, kata “’ahab” berarti kasih yang berkomitmen, bukan sekadar perasaan. Kasih Allah kepada Yakub menunjukkan bahwa Tuhan memilih bukan karena kelayakan, melainkan karena kasih karunia.

Kasih yang memilih ini bukan berarti diskriminasi, tetapi anugerah yang membuka jalan bagi semua bangsa untuk diselamatkan. Seperti tertulis dalam Roma 9:15 — “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku menaruh belas kasihan.”

Transisi: Jika kasih Allah adalah kasih yang memilih, maka selanjutnya kita melihat bahwa kasih itu juga mengoreksi.


Poin 2: Kasih Tuhan Adalah Kasih yang Mengoreksi (ayat 6)

Tuhan menegur umat-Nya karena mereka tidak menghormati-Nya sebagai Bapa. Kata “kabod” (kemuliaan) dalam bahasa Ibrani berarti kehormatan yang pantas diterima. Umat Israel telah mempersembahkan korban asal-asalan — tanda bahwa mereka melupakan kasih dan kekudusan Tuhan.

Kasih sejati tidak pernah diam terhadap dosa. Tuhan menegur bukan karena benci, tetapi karena cinta. Bagi kita yang menjadi pegawai, karyawan, pelajar, atau orang tua — teguran Tuhan datang lewat firman, situasi hidup, bahkan orang lain. Respon yang benar adalah bertobat dan memperbaiki sikap.

Ayat Paralel: Ibrani 12:6 — “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.”

Transisi: Setelah Tuhan memilih dan mengoreksi, Ia juga memanggil kita untuk menjadi saksi kasih-Nya bagi segala bangsa.


Poin 3: Kasih Tuhan Adalah Kasih yang Meluas ke Segala Bangsa (ayat 5)

“Akan dilihat oleh matamu sendiri, dan kamu akan berkata: Besarlah Tuhan di luar daerah Israel!” Kata “gadol” (besar) menandakan kebesaran Tuhan yang melampaui batas etnis dan geografis.

Kasih Allah bukan monopoli satu bangsa. Melalui Kristus, kasih itu menjangkau semua orang — baik Yahudi maupun non-Yahudi. Sebagaimana tertulis dalam Yohanes 3:16 — “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.”

Sebagai gereja, kita dipanggil untuk menjadi saluran kasih itu: di kantor, di pasar, di rumah, di dunia digital. Kasih Allah yang sejati tidak berhenti di kita, tetapi mengalir kepada orang lain.


Penutup

Saudara-saudara, kasih Tuhan bukan kasih yang eksklusif, tetapi inklusif. Ia memilih, menegur, dan mengutus. Mari kita hidup sebagai saksi kasih itu di tengah dunia yang penuh sekat dan kebencian.

Kasih Tuhan menembus batas, Menyapa bangsa di tiap tempat, Jadilah saksi di tiap berkat, Agar dunia kenal kasih yang hebat.

Ajakan Respons Jemaat:

Mari kita renungkan: apakah hidup kita sudah memantulkan kasih Tuhan yang universal itu? Bersyukurlah atas kasih yang memilih kita, dan bagikanlah kasih itu kepada semua orang, tanpa pandang bulu.

Tinggalkan Jejak
Belum ada rating.